Beranda | Artikel
Sikap Seorang Muslim Menghadapi Musibah
Sabtu, 23 Januari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Sikap Seorang Muslim Menghadapi Musibah adalah Kajian bersama Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas pada hari Sabtu, 9 Jumadil Akhir 1442 H / 23 Januari 2021 M.

Ceramah Agama Tentang Sikap Seorang Muslim Menghadapi Musibah

Kita sebagai seorang muslim harus terus bersyukur atas semua nikmat Allah. Karena yang kita peroleh dari semua yang ada ini adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Apa saja yang kamu peroleh itu semuanya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Allah juga berfirman:

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Seandainya kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak dapat menghitung nikmat-nikmat itu.” (QS. An-Nahl[16]: 18)

Pada hari ini kita akan membahas satu kajian berkaitan dengan musibah yang menimpa bangsa ini. Kita sudah melihat di tahun 2020 dan di awal 2021 banyak sekali musibah, petaka, bencana yang menimpa bangsa ini. Maka apa yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim? Sikap apa yang kita lakukan? Bencana akan terus, tidak akan berhenti. Karena perbuatan dosa yang dilakukan manusia terus-menerus dilakukan.

Adanya musibah-musibah seperti ini, mestinya kaum muslimin mengambil pelajaran untuk kembali kepada Allah, bertaubat kepada Allah, mendekat kepada Allah.

Pada pekan yang lalu sudah saya sampaikan bahwa cobaan/ujian yang menimpa manusia tidak boleh menghalangi mereka untuk beribadah kepada Allah. Justru dengan cobaan dan ujian itu manusia tambah dekat kepada Allah, tambah bermunajat kepada Allah, bukan tambah jauh.

Kalau kita lihat dari pandemi yang terjadi di tahun 2020, banyak orang menjauhkan masjid, mestinya tambah dekat. Seolah-olah masjid adalah sumber wabah. Ini su’udzan kepada Allah. Padahal di masjid lah tempat ketenangan, ketentraman, munajat kepada Allah, tempat yang barokah.

Antum melihat jutaan orang shalat di masjid dengan rapat tidak terjadi apa-apa. Justru yang tidak ke masjid terkena wabah. Masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kenapa masjid yang menjadi sasaran?

Ketika terjadi sesuatu, pandangan seorang muslim terhadap kejadian itu dengna dua pandangan. Yaitu dengan pandangan takdir dan bagaimana syariat mengajarkan kita?

Pandangan takdir

Ketika kita melihat berbagai macam bencana, musibah, petaka yang menimpa bangsa ini, apakah itu pandemi, penyakit, banjir, gempa, longsor, gunung meletus dan musibah-musibah yang lain, seorang mukmin melihat dengan pandangan takdir.

Kita wajib mengimani tentang takdir. Takdir sudah Allah tetapkan 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Allah sudah takdirkan akan terjadi bencana, akan terjadi musibah, akan terjadi petaka, akan terjadi wabah, akan terjadi penyakit. Ini wajib kita imani.

وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.”

Yang menimpa diri kita, menimpa keluarga kita, menimpa masyarakat, menimpa bangsa ini, yang menimpa seluruh manusia ini sudah Allah takdirkan 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.

Semuanya tidak ada yang terluput dari ilmunya Allah, Allah Maha Tahu dan semuanya sudah tercatat di Lauh Mahfudz, Allah berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ ﴿٥٩﴾

Dan kunci-kunci semua yang ghaib itu ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada yang mengetahui kunci yang ghaib itu kecuali hanya Allah. Allah mengetahui apa yang di darat dan di lautan, tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang Allah tidak mengetahuinya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi melainkan Allah mengetahui, tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering itu pun Allah mengetahui, dan semua sudah tertulis dalam kitab yang nyata di Lauh Mahfudz.” (QS. Al-An’am[6]: 59)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah menncatat seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ ، قَالَ : رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟ قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَ

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘tulislah’, ia menjawab: ‘Wahai Rabbku, apa yang aku harus tulis?’, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya kiamat.`” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Abi Ashim dalam kitabnya As-Sunnah, Al-Ajurri, Ahmad, hadits ini shahih)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Apa saja musibah yang menimpa manusia kecuali dengan izin Allah…

Jadi semua yang berjalan di langit dan di bumi ini tidak lepas daripada kehendak Allah. Tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi di muka bumi yang Allah tidak kehendaki. Semua berjalan dengan kehendak Allah dan semua berjalan dengan izin Allah.

“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan tunjuki hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (QS. At-Tagabun[64]: 11)

Ketika kita tertimpa musibah dan kita meyakini bahwa ini datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini Allah yang kehendaki, apakah bentuknya penyakit, wabah, kematian, atau yang lainnya. Semuanya berjalan dengan kehendak Allah. Kita wajib mengimani itu. Dan apa yang Allah kehendaki buat kiat sebagai seorang mukmin, itu yang terbaik buat kita. Kewajiban kita sabar dan ridha.

Pandangan Syariat

1. Sabar dan ridha

Kita harus sabar dan ridha. Apa yang harus kita lakukan sesuai dengan syariat? Jangan sampai kita melanggar. Bagaimana syariat membimbing kita? Ini penting. Karena tidak ada yang dapat menghilangkan semua bencana, semua petaka, semua musibah, kecualinya hanya Allah.

وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ…

Dan apabila kamu terkena bahaya, tidak ada yang dapat menghilangkan bahaya itu kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Yunus[10]: 107)

Seorang mukmin harus yakin, tidak ada yang bisa menghilangkan petaka, bencana, wabah, kecuali hanya Allah.

Langit dan bumi ini, kita dan seluruh makhluk, ini semuanya milik Allah. Kalau seandainya orang kemudian meninggal dunia dengan sebab wabah, bencana, Allah sudah takdirkan dan itu sudah ajal. Maka ucapan kita:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Sesungguhnya kita milik Allah dan kita akan kembali kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 156)

Bukan milik suaminya, bukan milik istrinya, bukan milik anaknya, bukan milik orang tuanya, tapi kita semua milik Allah dan kita pasti akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Harus yakin, demikian orang beriman. Bukan kemudian dia menyalakan orang lain dan menyalakan segala macam.

2. Sebab dosa-dosa manusia

Apa yang menipa manusia dari wabah, petaka, bencana, itu dengan sebab dosa-dosa dan maksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Apa saja musibah yang menimpa kalian dengan sebab dosa-dosa kalian, dan Allah banyak memberikan maaf.” (QS. Asy-Syura[42]: 30)

Allah juga sebutkan dalam firmanNya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ ﴿٤٢﴾

Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan dengan sebab tangan-tangan manusia, agar Allah merasakan akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada Allah. Katakanlah: ‘Berjalanlah kalian di muka bumi, lihatlah akibat orang-orang yang terdaulu, kebanyakan mereka berbuat syirik.’” (QS. Ar-Rum[30]: 41-42)

Kalau kita lihat dosa yang paling besar dilakukan di muka bumi adalah kesyirikan. Kedzaliman yang paling besar adalah syirik, kemungkaran yang paling mungkar adalah syirik, maksiat yang paling maksiat adalah syirik. Di negeri kita Indonesia, banyak orang pergi ke dukun, kuburan dibangun untuk disembah, orang sujud dan bersemedi di kubur, meminta kepada penghuni kubur, ini syirik yang paling besar. Mestinya kembali kepada Allah, karena tidak ada yang bisa menghilangkan musibah, petaka, penyakit, wabah, bencana, kecuali hanya satu, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Agar manusia kembali kepada Allah

Di antara hikmah musibah, petaka, bencana dan yang lainnya adalah agar manusia kembali kepada Allah, agar manusia bertaubat kepada Allah, agar manusia mendekat kepada Allah.

Bencana-bencana itu semestinya membuka kesadaran manusia bahwa manusia lemah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Seperti disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, bahwa musibah yang membuatmu ingat kepada Allah, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4. Jangan merasa aman dari adzab Allah

Banyak orang-orang yang tidak terkena bencana, tidak terkena banjir, mereka merasa aman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ ﴿٩٧﴾ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ ﴿٩٨﴾ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّـهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّـهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ ﴿٩٩﴾

Apakah penduduk desa/kota aman merasa aman akan datang adzab Kami kepada mereka di waktu malam di saat mereka sedang tidur? Apakah penduduk desa/kota itu merasa aman akan datang ekpada mereka adzab Kami kepada mereka di waktu dhuha disaat mereka sedang bermain? Apakah mereka merasa aman dengan makarnya Allah? Dan tidak merasa aman dengan adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf[7]: 97-99)

Makanya kita tidak boleh merasa aman, meskipun tidak terkena banjir, tidak tekena gempa atau yang lainnya. Karena datangnya adzab Allah dengan tiba-tiba. Di sekeliling kita, banyak kita melihat orang berbuat dosa dan maksiat.

Orang yang beriman terus takut dan berdoa kepada Allah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Ya Allah, aku memohon kepada Engkau maaf dan dijauhkan dari malapetaka di dunia maupun di akhirat.”

Itu yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wasiatkan kepada sahabat Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu ‘Anhu, dan itu yang kita baca diwaktu pagi dan sore.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Ceramah Agama Islam Sikap Seorang Muslim Menghadapi Musibah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49684-sikap-seorang-muslim-menghadapi-musibah/